MAKALAH
IKATAN
KIMIA
Di
susun Oleh :
Ilastri
Npm
: 170310021
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS RATU SAMBAN ARGA MAKMUR
BENGKULU UTARA
2018
KATA
PENGANTAR
Puji Syukur kita panjatkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat Beliau spenulis dapat menyusun
makalah ini dengan tepat waktu.
Makalah ini penulis buat agar mahasiswa lebih paham tentang ikatan kimia.
Semoga makalah ini dapat memberikan
wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pembaca khususnya
para mahasiswa. penulis menyadari makalah ini
masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu kepada guru
pembimbing, penulis meminta
masukannya demi perbaikan pembuatan makalah di masa yang akan datang dan
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu memberikan pengarahan kepada penulis, dalam menyusun makalah ini.
Penyusun,
Ilastri
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL.................................................................................................................. i
KATA
PENGANTAR................................................................................................................ ii
DAFTAR
ISI............................................................................................................................... iii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1...... Latar Belakang..................................................................................................... 1
1.2...... Rumusan Masalah................................................................................................ 2
1.3...... Tujuan ................................................................................................................. 2
BAB
II PEMBAHASAN
2.1..... Pengertian Ikatan Kimia...................................................................................... 3
2.2..... Jenis-Jenis Ikatan Kimia...................................................................................... 4
2.3..... Ikatan Antara Melekul......................................................................................... 6
2.4..... Teori Orbital Molekul.......................................................................................... 6
2.5..... Pengertian Hibridisasi.......................................................................................... 7
BAB
III PENUTUP
3.1..... Kesimpulan.......................................................................................................... 9
3.2..... Kritik dan saran................................................................................................... 9
DAFTAR
PUSTAKA................................................................................................................. 10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Di dalam dunia ini terdapat sekelompok atom atau molekul
yang membentuk suatu senyawa. Namun kita tidak mengetahui mengapa sekelompok
atom atau molekul bisa membentuk suatu senyawa, maka saat inilah kita harus mempelajari
ilmu kimia. Kimia adalah suatu ilmu yang mempelajari mengenai
komposisi,struktur dan sifat zat atau materi dari skala atom hingga
molekul,serta perubahan atau transformasi serta interaksi untuk membentuk
materi yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. kimia juga mempelajari
tentang pemahaman sifat dan interaksi atom individu dengan tujuan untuk
menerapkan pengetahuan.
Pada umumnya unsur-unsur dijumpai tidak dalam keadaan bebas
(kecuali pada suhu tinggi), melainkan sebagai suatu kelompok-kelompok atom yang
disebut sebagai molekul. Dari fakta ini dapat disimpulkan bahwa secara energi,
kelompok-kelompok atom atau molekul merupakan keadaan yang lebih stabil
dibanding unsur-unsur dalam keadaan bebas.
Selain gas
mulia di alam unsur-unsur tidak selalu berada sebagai unsur bebas (sebagai atom
tunggal), tetapi kebanyakan bergabung dengan atom unsur lain. Tahun 1916
G.N. Lewis dan W. Kossel menjelaskan hubungan kestabilan gas mulia dengan
konfigurasi elektron. Kecuali He, mempunyai 2 elektron valensi, unsur-unsur gas
mulia mempunyai 8 elektron valensi sehingga gas mulia bersifat stabil.
Atom-atom unsur cenderung mengikuti gas mulia untuk mencapai kestabilan.
Jika atom berusaha memiliki 8 elektron valensi, atom disebut
mengikuti aturan oktet. Unsur-unsur dengan nomor atom kecil (seperti H dan Li)
berusaha mempunyai elektron valensi 2 seperti He disebut mengikuti aturan
duplet. Cara yang diambil unsur supaya dapat mengikuti gas mulia, yaitu:
1. melepas atau menerima elektron,
2. pemakaian bersama pasangan elektron.
Pernahkah Anda membayangkan berapa banyak senyawa yang dapat
terbentuk di alam semesta ini? Mengapa atom-atom tersebut dapat saling
berikatan satu dengan yang lain? Apakah setiap atom pasti dapat berikatan
dengan atom-atom lain? Apakah ikatan antaratom dalam senyawa – senyawa di alam
ini semuanya sama? Untuk mengetahui jawaban dari pertanyaan – pertanyaan
tersebut. Maka dari itu kita harus mempelajari Ikatan kimia ini.
Dalam
kehidupan sehari-hari sering kali kita menerima begitu saja dunia sekitar kita
beserta perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya tanpa mempertanyakan
misalnya, apa itu air, apa itu bensin, mengapa bensin bias terbakar sedangkan
air tidak? Apakah arti tarbakar? Mengapa besi dapat berkarat sedangkan emas
tidak? Apa itu karet dan bagaimana membuat karet tiruan?
Pertanyaan-pertanyaan
diatas adalah sebagian dari masalah yang dibahas dalam dalam ilmu kimia. Oleh
karena itu, ilmu kimia dapat di definisikan sebagai ilmu kimia adalah ilmu yang
mempelajari segala sesuatu tentang materi, seperti hakekat, susunan,
sifat-sifat, perubahan serta energi yang menyertai perubahannya.
Suatu atom
bergabung dengan atom lainnya melalui ikatan kimia sehingga dapat membentuk
senyawa, baik senyawa kovalen maupun senyawa ion. Senyawa ion terbentuk melalui
ikatan ion, yaitu ikatan yang terjadi antara ion positif [atom yang melepaskan
elektron] dan ion negative [atom yang menangkap elektron]. Akibatnya, senyawa
ion yang terbentuk bersifat polar.
Dalam
setiap senyawa, atom-atom terjalin secara terpadu oleh suatu bentuk ikatan
antaratom yang deiebut ikatan kimia. Seorang ahli kimia dari Amerika serikat,
yaitu Gilbert Newton Lewis ( 1875- 1946) dan Albrecht Kosel dari Jerman ( 1853-
1972) menerangkan tentang konsep ikatan kimia.
- Unsur-
unsur gas mulia ( golongan VIIA) sukar membentuk senyawa karena konfigurasi
electronnya memeliki susunan electron yang Stabil.
- Setiap
unsur berusaha memeliki konfigurasi electron seperti yang di meliki oleh unsure
gas mulia, yaitu dengan cara melepaskan electron atau menangkap electron.
- Jika
suatu unsure melepaskan electron, artinya unsure itu electron pada unsure lain.
Sebaliknya, jika unsure itu menangkap elektron, artinya menerima elektron dari
unsure lain. Jadi susunan yang stabil tercapai jika berikatan dengan
atom unsure lain.
- Kecenderungan
atom- atom unsure untuk memiliki delapan elektron di kulit terluar di sebut
kaida octet.
1.2.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan keseluruhan
kajian teoritis dan hasil Studi yang kami ( kelompok III )rangkup pada uraian
latar belakang di atas, maka permasalahan yang kami angkat adalah apakah kita
biasa menerima begitu saja perubahan-perubahan yang terjadi tanpa
mempertanyakannya?
1.3.
Tujuan
Adapun tujuan yang ingin di capai
dalam mengadakan tugas makalah ini adalah :
- Agar
mengetahui perubahan yang terjadi di sekitar kita
- Untuk
lebih memahami Ilmu Kimia secara umum
- Lebih
menyadari pentingnya pendidikan,melati kami dalam pembuatan-pembuatan makala
secara kelompok, sehingga menjadi bekal bagi masa yang akan dating.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. IKATAN KIMIA
Ikatan
kimia merupakan sebuah proses fisika yang bertanggungung jawab dalam
gaya interaksi tarik menarik antara dua atom atau molekul yang menyebabkan
suatu senyawa diatomik atau poliatomik menjadi stabil. Antara dua atom atau
lebih dapat saling berinteraksi dan membentuk molekul. Interaksi ini selalu
disertai dengan pelepasan energi. Adapun gaya-gaya yang menahan atom-atom dalam
molekul merupakan suatu ikatan yang dinamakan ikatan kimia. Ikatan kimia
terbentuk karena unsure-unsur cenderung membentuk struktur elektron stabil.
Struktur elektron stbil yaitu struktur elektron gas mulia ( Golongan VIII A )
Seperti dalam tabel 3.1 berikut.
Unsur
|
No Atom
|
K
|
L
|
N
|
M
|
O
|
P
|
He
Ne
Ar
Kr
Xe
Rn
|
2
10
18
36
54
86
|
2
2
2
2
2
2
|
8
8
8
8
8
|
8
18
18
18
|
8
18
32
|
8
18
|
8
|
Walter Kossel dan Gilbert Lewis pada tahun 1916
menyatakan bahwa terdapat hubungan antara stabilnya gas mulia dengan cara atom
berikatan. Mereka mengemukakan bahwa jumlah elektron terluar dari dua atom yang
berikatan, akan berubah sedemikian rupa sehingga susunan kedua elektron kedua
atom tersebut sama dengan susunan gas mulia. Kecenderungan atom-atom untuk
memiliki struktur atau konfigurasi elektron gas mulia atau 8 elektron pada
kulit terluar disebut kaidah oktet
Contoh:
Br + Br Br Br Atau Br - Br
Sementara
itu,atom-atom yang mempunyai nomor atom kecil dari hydrogen sampai dengan boron
cenderung memiliki konvegurasi elektron gas helium atau mengikuti kaidah Duplet.
Elektron
yang berperan dalam reaksi kimia yaitu elektron pada kulit
terluar atau elektron valensi. Elektron valensi menunjukan kemampuan suatu atom
untuk berikan dengan atom lain. Contoh elektron valensi dari beberapa unsur
dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 3.2 Elektron Valensi Beberapa
Unsur
Unsur
|
Susunan elektron
|
Elektron valensi
|
6C
8O
12Mg
13Al
15P
17Cl
|
2. 4
2.6
2.8.2
2.8.3
2.8.5
2.8.7
|
4
6
2
3
5
7
|
Unsnr –
unsnr dari golongan alkali dan alkali tanah , untuk menyapai kestabilan
cenderung melepaskan elektron terluarnya sehingga membentuk ion positif . unsnr
– unsnr yang mempunyai kecendrungan membentuk ion positif termasuk unsur
elektro positif . unsnr – unsur dari golongan halogen dan khalkhogen
mempunyai kecendrungan menangkap elektron untuk mencapai kestabilan sehingga
membentuk ion negative. Unsur - unsur yang demikian termasuk unsurelektronnegative
.
2.2. Jenis-Jenis Ikatan Kimia
Ikatan
kimia merupakan sebuah proses fisika yang bertanggungung jawab dalam
gaya interaksi tarik menarik antara dua atom atau molekul yang menyebabkan
suatu senyawa diatomik atau poliatomik menjadi stabil. Secara umum, ikatan
kimia dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu:
1. Ikatan antar atom
a. Ikatan ion =
heteropolar
Ikatan
ionik adalah sebuah gaya elektrostatik yang mempersatukan ion-ion dalam suatu
senyawa ionik. Ion-ion yang diikat oleh ikatan kimia ini terdiri dari ka2tion
dan juga anion. Kation terbentuk dari unsur-unsur yang memiliki energi ionisasi
rendah dan biasanya terdiri dari logam-logam alkali dan alkali tanah. Sementara
itu, anion cenderung terbentuk dari unsur-unsur yang memiliki afinitas elektron
tinggi, dalam hal ini unsur-unsur golongan halogen dan oksigen. Oleh karena
itu, dapat dikatakan bahwa ikatan ion sangat dipengaruhi oleh besarnya beda
keelektronegatifan dari atom-atom pembentuk senyawa tersebut. Semakin besar
beda keelektronegatifannya, maka ikatan ionik yang dihasilkan akan semakin
kuat. Ikatan ionik tergolong ikatan kuat, dalam hal ini memiliki energi ikatan
yang kuat sebagai akibat dari perbedaan keelektronegatifan ion penyusunnya.
Pembentukan ikatan ionik dilakukan dengan cara transfer elektron. Dalam hal
ini, kation terionisasi dan melepaskan sejumlah elektron hingga mencapai jumlah
oktet yang disyaratkan dalam aturan Lewis
Sifat-Sifat ikatan ionik adalah:
a. Bersifat
polar sehingga larut dalam pelarut polar
b. Memiliki
titik leleh yang tinggi
c. Baik
larutan maupun lelehannya bersifat elektrolit
b. Ikatan kovalen = homopolar
Ikatan
kovalen merupakan ikatan kimia yang terbentuk dari pemakaian elektron bersama
oleh atom-atom pembentuk ikatan. Ikatan kovalen biasanya terbentuk dari
unsur-unsur non logam. Dalam ikatan kovalen, setiap elektron dalam pasangan
tertarik ke dalam nukleus kedua atom. Tarik menarik elektron inilah yang
menyebabkan kedua atom terikat bersama.
Ikatan
kovalen terjadi ketika masing-masing atom dalam ikatan tidak mampu memenuhi
aturan oktet, dengan pemakaian elektron bersama dalam ikatan kovalen, masing-masing
atom memenuhi jumlah oktetnya. Hal ini mendapat pengecualian untuk atom H yang
menyesuaikan diri dengan konfigurasi atom dari yang tidak terlibat dalam ikatan
kovalen disebut elektron bebas. Elektron bebas ini berpengaruh dalam menentukan
bentuk dan geometri molekul.
Ada
beberapa jenis ikatan kovalen yang semuanya bergantung pada jumlah pasangan
elektron yang terlibat dalam ikatan kovalen. Ikatan tunggal merupakan ikatan
kovalen yang terbentuk 1 pasangan elektron. Ikatan rangkap 2 merupakan ikatan
kovalen yang terbentuk dari dua pasangan elektron, beitu juga dengan ikatan
rangkap 3 yang terdiri dari 3 pasangan elektron. Ikatan rangkap memiliki
panjang ikatan yang lebih pendek daripada ikatan tunggal. Selain itu terdapat
juga bermacam-macam jenis ikatan kovalen lain seperti ikatan sigma, pi, delta,
dan lain-lain.
Senyawa
kovalen dapat dibagi mejadi senyawa kovalen polar dan non polar. Pada senyawa
kovalen polar, atom-atom pembentuknya mempunyai gaya tarik yang tidak sama
terhadap elektron pasangan persekutuannya. Hal ini terjadi karena beda
keelektronegatifan antara atom-atom penyusunnya. Akibatnya terjadi pemisahan
kutub positif dan negatif. Sementara itu pada senyawa kovalen non-polar titik
muatan negatif elekton persekutuan berhimpit karena beda keelektronegatifan
yang kecil atau tidak ada.
Gambar
Ikatan Kovalen pada metana
c. Ikatan
kovalen koordinasi = semipolar
Ikatan
kovalen koordinat merupakan ikatan kimia yang terjadi apabila pasangan elektron
bersama yang dipakai oleh kedua atom disumbangkan oleh sala satu atom saja.
Sementara itu atom yang lain hanya berfungsi sebagai penerima elektron
berpasangan saja.
Syarat-syarat terbentuknya ikatan
kovalen koordinat:
- Salah
satu atom memiliki pasangan elektron bebas
- Atom
yang lainnya memiliki orbital kosong
Susunan ikatan kovalen koordinat
sepintas mirip dengan ikatan ion, namun kedua ikatan ini berbeda oleh karena
beda keelektronegatifan yang kecil pada ikatan kovalen koordinat sehingga
menghasilkan ikatan yang cenderung mirip kovalen.
d. Ikatan
Logam
Ikatan
logam merupakan salah satu ciri khusus dari logam, pada ikatan logam ini
elektron tidak hanya menjadi miliki satu atau dua atom saja, melainkan menjadi
milik dari semua atom yang ada dalam ikatan logam tersebut. Elektron-elektron
dapat terdelokalisasi sehingga dapat bergerak bebas dalam awan elektron yang
mengelilingi atom-atom logam. Akibat dari elektron yang dapat bergerak bebas
ini adalah sifat logam yang dapat menghantarkan listrik dengan mudah. Ikatan
logam ini hanya ditemui pada ikatan yang seluruhnya terdiri dari atom
unsur-unsur logam semata
2.3. Ikatan Antara Molekul
a. Ikatan Hidrogen
Ikatan
hidrogen merupakan gaya tarik menarik antara atom H dengan atom lain yang
mempunyai keelektronegatifan besar pada satu molekul dari senyawa yang sama.
Ikatan hidrogen merupakan ikatan yang paling kuat dibandingkan dengan ikatan
antar molekul lain, namun ikatan ini masih lebih lemah dibandingkan dengan
ikatan kovalen maupun ikatan ion.
Ikatan
hidrogen ini terjadi pada ikatan antara atom H dengan atom N, O, dan F yang
memiliki pasangan elektron bebas. Hidrogen dari molekul lain akan bereaksi
dengan pasangan elektron bebas ini membentuk suatu ikatan hidrogen dengan besar
ikatan bervariasi. Kekuatan ikatan hidrogen ini dipengaruhi oleh beda
keelektronegatifan dari atom-atom penyusunnya. Semakin besar perbedaannya
semakin besar pula ikatan hidrogen yang dibentuknya.
Kekuatan
ikatan hidrogen ini akan mempengaruhi titik didih dari senyawa tersebut.
Semakin besar perbedaan keelektronegatifannya maka akan semakin besar titik
didih dari senyawa tersebut. Namun, terdapat pengecualian untuk H2O yang
memiliki dua ikatan hidrogen tiap molekulnya. Akibatnya, titik didihnya paling
besar dibanding senyawa dengan ikatan hidrogen lain, bahkan lebih tinggi dari
HF yang memiliki beda keelektronegatifan terbesar.
b. Ikatan van der walls
Gaya Van
Der Walls dahulu dipakai untuk menunjukan semua jenis gaya tarik menarik antar
molekul. Namun kini merujuk pada gaya-gaya yang timbul dari polarisasi molekul
menjadi dipol seketika. Ikatan ini merupakan jenis ikatan antar molekul yang
terlemah, namun sering dijumpai diantara semua zat kimia terutama gas. Pada
saat tertentu, molekul-molekul dapat berada dalam fase dipol seketika ketika
salah satu muatan negatif berada di sisi tertentu. Dalam keadaa dipol ini,
molekul dapat menarik atau menolak elektron lain dan menyebabkan atom lain
menjadi dipol. Gaya tarik menarik yang muncul sesaat ini merupakan gaya Van der
Walls.
2.4. Teori Orbital Molekul
Teori Ikatan
Valensi mampu secara kualitatif menjelaskan kestabilan ikatan kovalen sebagai
akibat tumpang-tindih orbital-orbital atom. Dengan konsep hibridisasi pun dapat
.sayangnya dalam beberapa kasus, teori ikatan valensi tidak dapat menjelaskan
sifat-sifat molekul yang tramati secara memuaskan. Contohnya adalah molekul
oksigen, yang struktur Lewisnya sebagai berikut.
Menurut
gambaran struktur Lewis Oksigen di atas, semua elektron pada O2 berpasangan dan
molekulnya seharusnya bersifat diamagnetik, namun kenyataanya, menurut hasil
percobaan diketahui bahwa Oksigen bersifat paramagnetik dengan dua elektron
tidak berpasangan. Temuan ini membuktikan adanya kekurangan mendasar dalam
teori ikatan valensi.
Sifat
magnet dan sifat-sifat molekul yang lain dapat dijelaskan lebih baik dengan
menggunakan pendekatan mekanika kuantum yang lain yang disebut sebagai teori
orbital molekul (OM), yang menggambarkan ikatan kovalen melalui istilah orbital
molekul yang dihasilkan dari interaksi orbital-orbital atom dari atom-atom yang
berikatan dan yang terkait dengan molekul secara keseluruhan.
Menurut
teori OM, tumpang tindih orbital 1s dua atom hidrogen mengarah pada pembentukan
dua orbital molekul, satu orbital molekul ikatan dan satu orbital molekul
antiikatan. Orbital molekul ikatan memiliki energi yang lebih rendah dan
kestabilan yang lebih besar dibandingkan dengan orbital atom pembentuknya.
Orbital molekul antiikatan memiliki energi yang lebih besar dan kestabilan yang
lebih rendah dibandingkan dengan orbital atom pembentuknya. Penempatan elektron
dalam orbital molekul ikatan menghasilkan ikatan kovalen yang stabil, sedangkan
penempatan elektron dalam orbital molekul antiikatan menghasilkan ikatan
kovalen yang tidak stabil.
Dalam
orbital molekul ikatan kerapatan elektron lebh besar di antara inti atom yang
berikatan. Sementara, dalam orbital molekul antiikatan, kerapatan elektron
mendekati nol diantara inti. Perbedaa ini dapat dipahami bila kita mengingat
sifat gelombang pada elektron. Gelombang dapat berinteraksi sedemikian rupa
dengan gelombang lain membentuk interferensi konstruktif yang memperbesar
amplitudo, dan juga interferensi destruktif yang meniadakan amplitudo.
Pembentukan
orbital molekul ikatan berkaitan dengan interferensi konstruktif, sementara
pembentukan orbital molekul antiikatan berkaitan dengan interferensi
destruktif. Jadi, interaksi konstruktif dan interaksi destruktif antara dua
orbital 1s dalam molekul H2 mengarah pada pembentukan ikatan sigma (σ1s) dan
pembentukan antiikatan sigma (σ*1s).
2.5. Hibridisasi
Dalam
kimia, hibridisasi adalah sebuah konsep bersatunya orbital-orbital atom
membentuk orbital hibrid yang baru yang sesuai dengan penjelasan kualitatif
sifat ikatan atom. Konsep orbital-orbital yang terhibridisasi sangatlah berguna
dalam menjelaskan bentuk orbital molekul dari sebuah molekul. Konsep ini adalah
bagian tak terpisahkan dari teori ikatan valensi. Walaupun kadang-kadang
diajarkan bersamaan dengan teori VSEPR, teori ikatan valensi dan hibridisasi
sebenarnya tidak ada hubungannya sama sekali dengan teori VSEPR.
1. Sejarah
perkembangan
Teori
hibridisasi dipromosikan oleh kimiawan Linus Pauling[2] dalam menjelaskan
struktur molekul seperti metana (CH4). Secara historis, konsep ini dikembangkan
untuk sistem-sistem kimia yang sederhana, namun pendekatan ini selanjutnya
diaplikasikan lebih luas, dan sekarang ini dianggap sebagai sebuah heuristik
yang efektif untuk merasionalkan struktur senyawa organik.
Teori
hibridisasi tidaklah sepraktis teori orbital molekul dalam hal perhitungan
kuantitatif. Masalah-masalah pada hibridisasi terlihat jelas pada ikatan yang
melibatkan orbital d, seperti yang terdapat pada kimia koordinasi dan kimia
organologam. Walaupun skema hibridisasi pada logam transisi dapat digunakan, ia
umumnya tidak akurat.
Sangatlah
penting untuk dicatat bahwa orbital adalah sebuah model representasi dari
tingkah laku elektron-elektron dalam molekul. Dalam kasus hibridisasi yang
sederhana, pendekatan ini didasarkan pada orbital-orbital atom hidrogen.
Orbital-orbital yang terhibridisasikan diasumsikan sebagai gabungan dari
orbital-orbital atom yang bertumpang tindih satu sama lainnya dengan proporsi
yang bervariasi. Orbital-orbital hidrogen digunakan sebagai dasar skema
hibridisasi karena ia adalah salah satu dari sedikit orbital yang persamaan
Schrödingernya memiliki penyelesaian analitis yang diketahui. Orbital-orbital
ini kemudian diasumsikan terdistorsi sedikit untuk atom-atom yang lebih berat
seperti karbon, nitrogen, dan oksigen. Dengan asumsi-asumsi ini, teori
hibridisasi barulah dapat diaplikasikan. Perlu dicatat bahwa kita tidak
memerlukan hibridisasi untuk menjelaskan molekul, namun untuk molekul-molekul
yang terdiri dari karbon, nitrogen, dan oksigen, teori hibridisasi menjadikan
penjelasan strukturnya lebih mudah.
Teori
hibridisasi sering digunakan dalam kimia organik, biasanya digunakan untuk
menjelaskan molekul yang terdiri dari atom C, N, dan O (kadang kala juga P dan
S). Penjelasannya dimulai dari bagaimana sebuah ikatan terorganisasikan dalam
metana.
Hibridisasi
menjelaskan atom-atom yang berikatan dari sudut pandang sebuah atom. Untuk
sebuah karbon yang berkoordinasi secara tetrahedal (seperti metana, CH4), maka
karbon haruslah memiliki orbital-orbital yang memiliki simetri yang tepat
dengan 4 atom hidrogen. Konfigurasi keadaan dasar karbon adalah 1s2 2s2 2px1
2py1.
2. Teori hibridisasi vs. Teori orbital
molekul
Teori
hibridisasi adalah bagian yang tak terpisahkan dari kimia organik dan secara
umum didiskusikan bersama dengan teori orbital molekul dalam buku pelajaran kimia
organik tingkat lanjut. Walaupun teori ini masih digunakan secara luas dalam
kimia organik, teori hibridisasi secara luas telah ditinggalkan pada kebanyakan
cabang kimia lainnya. Masalah dengan teori hibridisasi ini adalah kegagalan
teori ini dalam memprediksikan spektra fotoelektron dari kebanyakan molekul,
meliputi senyawa yang paling dasar seperti air dan metana. Dari sudut pandang
pedagogi, pendekatan hibridisasi ini cenderung terlalu menekankan lokalisasi
elektron-elektron ikatan dan tidak secara efektif mencakup simetri molekul
seperti yang ada pada teori orbital molekul.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sehubungan
dengan penulisan tugas makala kami (kelompok III ), maka dapat kami simpulkan
bahwa : Dengan adanya perubahan-perubahan yang terjadi di sekitar kita,yang
telah kita nikmati, yang mana tanpa kita sadari kita telah melakukan
perubahan-perubahan yang bersifat kimia, baik yang menguntungkan maupun yang
merugikan. Dan cara yang kita lakukan itu semua tergantung pada diri kita masing-masing,
sehingga kita dapat menikmatinya secara bersama-sama, sebab dengan adanya
perubahan-perubahan usaha pemerintah dapat berjalan.
B. Kritik dan
Saran
Makalah
ini masih banyak kekurangannya,baik segi penulisan dan isi makalah.Oleh sebab
itu penulis harapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonym.
(2016). “Pengertian Ikatan Ion dan Ciri-Cirinya”. http://ilmualam.net/pengertian-ikatan-ion-dan-ciri-cirinya.html
Budisma.
2014. “Jenis-Jenis Ikatan Kimia”. http://budisma.net/2014/12/jenis-jenis-ikatan-kimia.html, ( diakses pada agustus 2016 )
Utami,
Budi., Agung Nugroho Catur Saputro, & Lina Maha. (2016).
“KIMIA-1 Untuk SMA/MA kelas X”
Wanibesak.
(2011). “Ikatan Logam Sifat-Sifat Logam dan Alloy”. https://wanibesak.wordpress.com/2011/06/27/ikatan-logam-sifat-sifat-logam-dan-alloy/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar